03 June 2008

PROLOGUE

"Dhir, kamu udah ngomong sama Abel belom ttg pembayaranku itu? Aku gak enak sm Bimo nih."

Aduh, sms dari Aaron! Batin Dhira.

Sudah beberapa hari ini Aaron selalu menanyakan hal yang sama kepada Dhira. Mengenai masalah pembayarannya. Padahal Dhira tidak mengetahui apa-apa mengenai masalah ini. Hanya saja kebetulan masalah ini menyangkut Abel, saudaranya.

"Aduh, Ron, aku udah coba telepon & sms Abel. Tapi gak pernah dijawab sama dia.", balas Dhira kemudian.

"Oh yaudah. Thx ya Dhir." jawab Aaron.

Aduh, Abel tuh kemana sih. Aku bener-bener jadi nggak enak sama Aaron nih! Gimana yah. Kalo aja ada orang yang bisa kasih solusinya.. Oh iya aku tau!

Kemudian Dhira menekan nomor yang sudah dikenalnya dengan sangat baik dan kemudian menelpon orang tersebut..

"Hallo.. Aira?"

"Eh, Dhira. Iya ini Aira, Dhir. Kenapa?", jawab orang di seberang telepon yang ternyata adalah Aira, sepupunya.

"Ra, bisa ketemu nggak? Nanti jam 7 malam di daerah Dharmawangsa. Bisa yah, Ra?"

"Oh, emang ada apa, Dhir? Kok tumben? Hehe.."

"Aku nggak bisa jelasin di telepon. Kepanjangan, Ra. Mending nanti aku kasih tau pas kita ketemu. Oh iya, kamu sekalian ajak Naia aja, Ra."

Kemudian perbincangan tersebut dilanjutkan dengan kesepakatan untuk bertemu di Gelato Bar, Dharmawangsa Square. Setelah itu Aira menelpon Naia untuk menyampaikan ajakan Dhira, dan Naia setuju. Namun Dhira masih belum juga memberi tahu apa yang akan menjadi topik pembicaraan mereka nanti -walaupun tadi Aira sudah memelas minta diberitahu oleh Dhira- tapi Dhira tetap bartahan pada pendiriannya untuk tidak memberitahu Aira dan Naia dulu.

Biarinlah nanti mereka tau disana, mudah-mudahan mereka bisa ikut bantu. batin Dhira.


19:00, Gelato Bar, Dharmawangsa Square...

"Aira, Naia, Hallo!"

"Nah, ini Andhira! Kamu tanya aja, Nai, mau ngomongin apa. Aku juga nggak tahu nih."

"Dhiraaaaaa, apaan sih kok mendadak gini? Mau ngomongin apa coba? Jangan sok misterius deh. Haha.", kata Naia sambil menghampiri Dhira.

"Santai, santai.. Nah, kan kita udah kumpul semua. Jadi gini lho sepupu-sepupuku..."

Kemudian Dhira menceritakan hal yang membuat hatinya resah selama beberapa hari ini. Hal yang selalu berkecamuk di dalam pikirannya dan mengganggunya. Setelah menghabiskan malam dengan mendengarkan cerita Dhira, Naia dan Aira tertegun. Mereka tidak menyangka hal yang ingin dibicarakan oleh Dhira adalah mengenai hal ini.

Setelah pertemuan tersebut mereka bertiga pulang kerumah masing-masing dalam keheningan. Memikirkan bagaimana solusi yang tepat untuk masalah yang diceritakan Dhira. Pikiran mereka terpusat pada seseorang yang menjadi topik pembicaraan Dhira. Abel.

No comments: